Minggu ini sesuai dengan kalender gerejawi kita kembali memasuki Pekan Suci untuk mengenang rangkaian peristiwa dalam karya penyelamatan Kristus. Di awali dengan Minggu Palmarum, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi, merupakan momen-momen sangat penting untuk membantu kita menghayati penderitaan Kristus sebagai korban penebusan dosa. Dari bacaan Injil Lukas 23:1-49 kita bisa mendapatkan gambaran cukup terperinci mengenai rangkaian penderitaan Yesus yang dihina, disiksa sampai akhirnya mati di atas kayu salib. Itu semua dijalani Yesus dengan penuh ketaatan untuk menggenapi rencana Bapa menyelamatan manusia.
Dalam teks tersebut kita mengetahui bagaimana Yesus menjalani penderitaan sebagai seorang yang benar namun Ia dihukum secara tidak adil. Pilatus sendiri menyatakan tiga kali bahwa ia tidak menemukan kesalahan pada Yesus (ay.4,14,22). Demikian pula salah satu penjahat yang disalib di samping Yesus mengakui ketidakbersalahan-Nya (ay. 41). Bahkan kepala pasukan Romawi pada saat itu berkata: “Sungguh, orang ini adalah orang benar!” (ay. 47). Semua itu menunjukkan bahwa Yesus menanggung penderitaan bukan karena dosa-Nya sendiri, tetapi demi menebus dosa manusia. Lalu saat di kayu salib, Yesus berdoa, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (ay.34). Doa itu menunjukkan kasih dan pengampunan Yesus yang luar biasa. Hal ini mencerminkan tema utama Injil Lukas tentang kasih dan pengampunan bagi semua orang, bahkan bagi mereka yang telah menyakiti-Nya.
Pada saat terakhir hidup Yesus, Ia berseru dengan suara nyaring, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (ay.46). Seruan ini merupakan akhir dari penderitaan fisik-Nya di dunia. Dengan menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa, Yesus menunjukkan keteladanan dalam mempercayakan seluruh hidup kepada Allah dalam menanggung penderitaan di dunia ini.
Yesus telah membuka jalan keselamatan bagi manusia dengan menjalani sengsara-Nya. Ia yang tidak bersalah setelah melalui berbagai peradilan manusia dan konspirasi politik pada saat itu, akhirnya Ia dihukum mati dengan cara yang keji. Namun Yesus tetap menunjukkan kasih, pengampunan, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Hal ini mengingatkan kita untuk senantiasa menghayati dan menghargai pengorbanan Yesus yang begitu besar sehingga memotivasi kita untuk terus hidup dalam spirit pertobatan serta iman yang teguh kepada-Nya. Selain itu, sudah semestinya kita meneladani Kristus dengan hidup dalam kasih, pengampunan dan percaya sepenuhnya kepada Allah saat menghadapi berbagai kesengsaraan sebagai pengikut Kristus di dunia ini.
Mari hadiri dan ikuti dengan segenap hati, semua rangkaian kebaktian Pekan Suci tahun ini. Kiranya hidup kita terus diubahkan oleh kuasa pengorbanan Yesus sehingga semakin memuliakan nama-Nya. Imanuel.
Pdt. Adi Cahyono