Dalam kehidupan sehari-hari, dalam berbagai peristiwa kehidupan Allah senantiasa hadir. Bahkan terkadang melalui berbagai kejadian baik yang menyenangkan maupun berbagai kesulitan bahkan penderitaan hidup sekalipun, disadari atau tidak Allah sebenarnya sedang membentuk iman setiap pribadi untuk dipakai memberitakan kebenaran Firman-Nya. Sudah semestinya orang-orang yang mengalami dan merasakan kehadiran dan karya Allah menjadi makin percaya dan rela berkurban untuk melayani pekerjaan Tuhan sebagai wujud nyata ungkapan syukurnya.
Dalam bacaan Injil Yohanes 12:1-8, dicatatkan sebuah kejadian yang sangat mencengangkan pada saat itu, maupun jika diperhitungkan di masa sekarang. Saudara dari Lazarus yang bernama Maria menuangkan setengah kati minyak Narwastu seharga 300 Dinar (=upah buruh harian 300 hari kerja), untuk dipakai membasuh (mengurapi) kaki Yesus bahkan menyekanya dengan rambutnya (ay.3). Umumnya kaki seorang tamu yang dijamu dibasuh dengan air biasa. Oleh sebab itu wajar saja kalau Yudas Iskariot menegur tindakan Maria itu sebagai pemborosan dan apalagi uang itu memang bisa dipakai untuk bersedekah bagi orang-orang miskin (ay.5-6). Namun Yesus lalu menjelaskan tujuan dan makna dari tindakan Maria tsb (ay.7-8). Pertanyaan teologisnya, mengapa Maria melakukan itu semua?
Tentu saja Maria tidak tahu bahwa Yesus akan segera mati di kayu salib. Namun dari beberapa kejadian sebelumnya kita bisa menemukan alasan atau jawabannya. Setidaknya ada 2 kejadian penting yaitu Kisah Maria dan Marta (Lukas 10:38-42) dan kisah Lazarus Dibangkitkan (Yohanes 11:1-44) yang mempengaruhi tindakan Maria itu. Pemberitaan Firman yang disampaikan oleh Yesus yang membuatnya tertegun dan kebangkitan Lazarus yang sudah mati selama 4 hari membuat Maria mengalami dan merasakan kebesaran dan kasih Allah yang melimpah, hingga menjadi makin percaya kepada Yesus.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa tindakan Maria tersebut merupakan ekspresi imannya, yaitu memberikan yang berharga dari kepunyaannya untuk menyatakan iman dan rasa syukurnya kepada Allah dengan mengurapi kaki Yesus. Peristiwa itu melengkapi rangkaian karya dan rencana Allah bagi keselamatan dunia melalui karya penyelamatan Yesus Kristus yang disebut sebagai Sang Mesias (:yang diurapi). Yesus menghargai tindakan Maria tersebut sebagai persiapan untuk penguburan-Nya.
Sebagai murid Kristus yang sudah ditebus dan dilayakkan-Nya, sudah semestinya setiap kita juga menyatakan iman dan rasa syukur kepada-Nya. Hal itu ditunjukkan dengan ketaatan dan kesetiaan melayani pekerjaan-Nya. Khususnya saat dalam perjalanan kehidupan di dunia ini mengalami berbagai tantangan dan kesulitan maupun penderitaan hidup. Dibentuk dalam iman oleh Tuhan tentu tidak selalu menyenangkan. Namun bagi setiap kita yang tetap percaya dan mau terus berkarya bersama-Nya, akan melihat, mengalami dan merasakan kebesaran dan kemurahan Tuhan. Imanuel.
Pdt. Adi Cahyono