Ada peribahasa yang sangat terkenal berbunyi: Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Menurut Wikiquote, peribahasa tersebut mempunyai tiga arti dan pesan. Pertama, murid biasanya bulat-bulat mencontoh gurunya, maka guru sebaiknya jangan memberikan contoh yang buruk. Kedua, menjadi tokoh panutan di masyarakat/pejabat negeri hendaknya jangan sampai memberi contoh yang buruk. Ketiga, jika seorang pemimpin berbuat buruk, maka pengikut-pengikutnya akan berbuat lebih buruk daripada yang dilakukan oleh pemimpin tersebut. Sebagai seorang Guru, ternyata Yesus tahu betul tentang fungsi, peran dan tugasnya, karena pesan yang terungkap dalam peribahasa sudah dijalankan oleh Yesus.
Dalam pembacaan Injil Markus 8:27-38 kita dapat melihat bagaimana metode pengajaran Yesus sungguh sangat luar biasa, sehingga layak disebut sebagai Sang Maha Guru. Setelah berbagai mukjizat yang dilakukannya, Yesus melakukan survey singkat kepada para pengikutNya tentang siapa diri-Nya. Hasilnya ada yang mengatakan bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis, Elia atau seorang nabi yang lain. Yang menarik, ketika Petrus menjawab bahwa Yesus adalah Mesias, Ia melarang mereka untuk membicarakan tentang kemesiasannya (Mrk 8:27-30). Kenapa dilarang? Karena Yesus tahu bahwa mereka belum memiliki pemahaman yang benar tentang kemesiasan-Nya.
Lalu Ia menjelaskan kepada mereka tentang konsep kemesiasan Yesus supaya mereka tidak salah kaprah. Khususnya tentang bagaimana Ia harus mengalami penolakan, ditangkap, dianiaya bahkan dibunuh namun akan bangkit di hari ketiga (ay.31). Hal ini ditentang Petrus yang dengan lancang menegur Yesus (ay.32) karena memiliki konsep mesias yang dipahami bangsa Yahudi pada masa itu, yaitu Mesias yang perkasa. Sehubungan dengan itu, mereka menyimpan harapan bahwa jika yang perkasa ini berhasil merebut pengaruh massa dan berkuasa, maka mereka yang menjadi pengikut dekat-Nya pun akan turut kebagian jatah kuasa. Mereka tidak sadar bahwa konsep dan pengharapan demikian bukan datang dari Allah tetapi dari Iblis (ay.33).
Selanjutnya Yesus mengajarkan prinsip dan nilai-nilai hidup sebagai murid-murid-Nya. Yesus berkata (BIMK Mrk 8:34): "Orang yang mau mengikuti Aku, harus melupakan kepentingannya sendiri, kemudian memikul salibnya, dan terus mengikuti Aku.” Singkat, padat dan jelas bahwa seorang murid Yesus yang sejati tidak mengusung agenda pribadi, bersedia menjalani berbagai kesulitan untuk menunjukkan ketaatannya kepada Sang Guru dan setia mengikutiNya sampai akhir. Untuk para murid yang seperti itu, dalam catatan Injil Matius 10:39 (BIMK) Yesus dengan tegas mengatakan “Orang yang mempertahankan hidupnya, akan kehilangan hidupnya, tetapi orang yang kehilangan hidupnya karena setia kepada-Ku, akan mendapat hidupnya." Pertanyaan reflektifnya, bagaimana perjalanan kehidupan kita saat ini sebagai murid-muridnya di masa kini?
Tema Kebaktian Umum hari ini mengajak kita untuk menyadari hal itu. Apakah kita sudah benar-benar paham tentang jati diri sebagai murid Kristus dan mau menerimanya serta bersedia menerapkan prinsip dan nilainilai murid Kristus yang sejati dengan penuh integritas sehingga selaras dalam pikiran, perkataan dan perbuatannya? Jika memang saat ini kita sebagai muridNya ternyata lebih banyak mengikuti apa yang menjadi keinginan kita dari pada apa yang menjadi kehendak-Nya, mari berbenah diri. Dengan kerendahan hati terus melakukan introspeksi diri dan sungguh-sungguh melakukan pembaharuan diri, itulah salah satu ciri murid Kristus sejati. Tuhan terus memberkati.
Pdt. Adi Cahyono