Keluarga hidup indah Bila Tuhan di dalamnya. Dengan kasih yang sempurna Tuhan pimpin langkahnya. Dalam bait pertama PKJ 289: 1 syair ini mau mengajak kita menghayati bahwa didalam keluarga, Tuhan Yesus haruslah ada ditengah-tengah kehidupan keluarga. Tuhan Yesus menjadi dasar dan inti didalam kehidupan keluarga. Dimana kasih dan karya Tuhan Yesus hadir didalam komunikasi, saling melayani, mengampuni dan mengasihi. Kekuasaan dan kasih Tuhan Yesus menghindari keluarga dari sikap-sikap yang egosentrisme.
Egosentrisme adalah sifat atau keadaan seseorang yang terlalu memperhatikan diri sendiri dan mengutamakan kepentingan sendiri. Orang yang egosentrisme akan merasa bahwa dirinya adalah yang paling penting dan utama, sehingga tidak peduli dengan dunia luar. Bila didalam keluarga maka setiap orang akan merasa yang terpenting dan saling menuntut satu dengan yang lain dan bisa kehilangan kehangatan dalam keluarga.
Penghayatan dalam keluarga seperti jari-jari tangan, ada ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking. Setiap jari memiliki peranan masing; ibu jari untuk menyatakan bagus, hebat; jari telunjuk; untuk menunjuk sesuatu atau mengarahkan; jari tengah menyeimbangi semua jari, jari telunjuk biasanya untuk memakai hiasan mempercantik semua jari dan jari kelingking sekalipun paling kecil menjadi simbol persahabatan dan berbaikan. Dari jari-jari semua berbeda namun satu dengan lain saling terikat dan terhubung. Keterikatan sangat tergantung. Coba kalau ada jari yang sakit atau terluka maka jari-jari lainnya akan merasa sakit dan tidak berfungsi dengan baik. Begitu juga sekalian ibu jari yang suka dipakai memberi simbok hebat tidak ada satu orangpun yang meminta agar jarinya jempol semua. Coba jikalau jempol semua, maka tidak berfungsi telapak tangan dengan baik. Misalnya saat bertepuk tangan; jika semua jari kita jempol semua? Pasti tidak terlalu nyaring. Maka hal yang harus dilakukan adalah menerima semua perbedaan, menyadari bahwa setiap jari berbeda dan merayakan perbedaan tersebut dengan sukacita.
Didalam keluarga begitu juga, kita tidak dapat meniadakan sikapsikap keegoisan namun kita bisa menghindari dampak perpecahan dan konflik karena sikap-sikap keegoisan. Dengan merayakan perbedaan dalam kasih dan cinta.
Pdt. Ima F. Simamora