Pada tanggal 24 Februari 2016 yang lalu, terjadi peristiwa bersejarah bagi gereja GKI, yaitu peletakan batu pertama pembangunan kantor sinode GKI di daerah Serpong, Tangerang yang diberi nama GRIYA MARDIKO (merupakan singkatan dari Marturia, Diakonia dan Koinonia). Kebaktian Peletakan Batu Pertama yang diselenggarakan di GKI Serpong dipimpin oleh Pdt. Imanuel Kristo dari GKI Gunung Sahari. Dalam salah satu paparannya di dalam kotbah, beliau mengatakan bahwa pembangunan kantor Sinode ini merupakan anugerah sekaligus kesempatan yang diberikan oleh Tuhan bagi GKI untuk terus berkarya di tengah dunia.
Pdt. Iman juga menegaskan bahwa salah satu PR besar GKI sekarang adalah bagaimana membuat jemaat untuk “bergereja bukan sekedar ke gereja”. Hal ini merupakan keprihatian terbesar gereja-gereja saat ini karena semakin banyak umat kurang terlibat dalam kehidupan bergereja. Padahal gereja bukan hanya sekedar Persekutuan/Koinonia(baca kebaktian), namun juga ada dimensi Kesaksian/Marturia dan Pelayanan/Diakonia yang harus berjalan secara seimbang dan kontinyu.
Dinamika kehidupan di jaman digital sekarang ini, membuat segala sesuatu berjalan begitu cepat. Hal ini membuat budaya instan menjadi life style (gaya hidup). Ironisnya, hal ini ternyata sudah merasuki kehidupan spiritual orang percaya/kristen. Akibatnya aktifitas umat dalam peribadatan (bergereja) pun menjadi semacam rutinitas bahkan hanya sekedar “lipsing” saja. Inilah gambaran orang yang ke gereja tapi tidak bergereja. Kalau hari Minggu yang penting sudah ke gereja, meskipun datang terlambat tidak apa-apa. Ketika pendeta sedang kotbah, lebih asyik bergawai (gadget) ria, karena lebih menyenangkan soalnya (Mis: up date status /baca status orang lain, browsing berita terbaru, dst). Pemberian persembahan pun dilakukan sekedar kewajiban, padahal semestinya merupakan hasil pergumulan atas berkat-berkat Tuhan yang sudah diterimanya. Pengucapan syukur itu pun seharusnya dikaitkan dengan pekerjaan Tuhan yang, mesti didukung dan dikembangkan.
Mengingat nasihat Paulus dalam Filipi 4:20-21, kita tahu bahwa para pengikut Kristus adalah warga negara sorga yang tinggal di dunia ini. Sebab Kristus sudah menebus kita dengan tubuh dan darah-Nya. Kita juga harus sadar bahwa hidup kita di dunia ini ada batas waktunya, maka dari itu hiduplah dalam perspektif tersebut. Ingatlah kelak kita akan mempertangunggjawabkan apa yang sudah kita kerjakan di dunia ini. Oleh sebab itu, selagi masih ada kesempatan, turutlah terlibat dalam pekerjaan Tuhan dengan iman dan ketulusan. Seturut dengan berkat, karunia dan talenta yang kita miliki dan dimana kita “bergereja” saat ini. Imanuel.
Pnt. Adi Cahyono, M. Si. (Teol)